Rabu, 28 Januari 2015

KEKUATAN MIMPI ……………

Berawal dari mengejar mimpi itulah membuat saya akhirnya bisa sampai ke Jakarta. Tepatnya pada hari rabu 12 November 2014, saya tiba di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta setelah kurang lebih 3 jam perjalanan menggunakan pesawat terbang dari bandara pattimura ambon. Walaupun sudah beberapa kali ke jakarta namun ini adalah kali pertamanya saya akan menetap lama dan harus mencari tempat kos di sekitar kampus Universitas Indonesia Salemba Jakarta Pusat.
Oh ya pembaca sekalian, perkenalkan nama saya Aditya Putra Basir dan akrabnya disapa Adit, namun panggilan ini hanya sering dipakai di lingkungan kampus tempat saya kuliah S1 dulu dan ditempat kerja saya. Tapi di lingkungan tempat tinggal, saya akrab disapa “Sam” yah menurut orang tua nama saya harus diganti ketika kecil karena sering sakit-sakitan, begitulah pemahaman orang tua di kampung saya. Saya adalah anak kedua dari pasangan Zeina Amtju dan Basir Kamis (Alm) seorang tukang jahit yang meninggal pada saat saya berusia 8 tahun. Saya terlahir di kepulauan nun jauh di timur Indonesia Namanya Banda Naira, yang terletak di kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Kepulauan banda yang berada ditengah luasnya laut banda seakan menyembunyikan keindahan dan kekayaannya yang menjadi rebutan penjajah di beberapa abad yang lalu. Kejayaan itu kini tinggal kenangan. Pala yang dulu menjadi primadona kini bukanlah sesuatu yang istimewa. Sumberdaya lautnya yang kaya belum bisa membuat masyarakatnya menjadi sejahtera. Yang tersisa hanyalah bangunan tua, benteng-benteng yang tegak berdiri dengan angkuhnya seakan menunggu kapan kejayaan di tanah ini akan kembali terulang.
Dibesarkan dari kluarga yang sederhana dengan keterbatasan ekonomi membuat saya tidak berani untuk bermimpi yang terlalu tinggi, untuk bisa makan dan melanjutkan sekolah saja sudah bersyukur. Ditengah hempitan ekonomi keluarga, tampil sosok Inspirator yang seakan tidak pernah lelah memberikan semangat kepada saya dan kedua saudara saya. Dialah “Ibu” yang walaupun hanya seorang lulusan SMP namun bagi saya cara berfikirnya tak kalah dengan orang yang berpendidikan tinggi. Walaupun bekerja serabutan dengan penghasilan yang paspasan ibu selalu mengutamakan kepentingan pendidikan kami dibanding keperluan lainnya, bahkan ia rela menahan lapar asalkan uang spp kami bisa dilunasi, bahkan ia rela tidak menikah lagi sejak ditinggal wafat almarhum ayah. Satu pesan Ibu yang selalu ku ingat hingga saat ini “Belajarlah setinggi-tingginya Nak, Ibu akan bangga jika kalian bisa menjadi orang yang berpendidikan tinggi. Ibu tidak bisa mewariskan harta buat kalian, namun ibu akan berusaha menjadikan kalian orang yang berpendidikan. Ingatlah dengan pendidikan kalian bisa mendapatkan pekerjaan yang layak  dan bisa memperbaiki perekonomian keluarga”.
Setelah lulus SMP saya memutuskan untuk melanjutkan study di SMK Perikanan Banda yang kebetulan baru dibuka di kecamatan banda pada tahun itu. Keputusaku ternyata sangat tepat, di SMK inilah awal saya mengenal luasnya dunia dan dari sinilah saya mulai membangun mimpi. Pada saat menempuh pendidikan di SMK semua siswa diwajibkan mengikuti pendidikan sistem ganda (PSG) selama 6 bulan di perusahaan-perusahaan yang telah bekerja sama dengan pihak sekolah. Pada saat duduk di kelas II, saya ditempatkan di kapal KM Damarina 105 milik PT DAB yang beroperasi di Bali. Ini adalah hal baru bagi saya, selama 6 bulan saya akan berada di bali untuk belajar. Kesungguhan saya dalam PSG membuat pihak PT DAB membiayai saya dan tiga orang teman lainnya selama tiga bulan tambahan untuk pengambilan sertifikat pelayaran. 9 bulan belajar dan bekerja di perusahaan membuat saya mulai berani bermimpi untuk bisa bekerja diperusahaan tersebut setelah lulus nantinya. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMK saya mendapatkan tawaran bekerja di PT DAB tepatnya di KM Damarina 209 untuk beroperasi di perairan sumatera barat. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan. Setelah enam bulan kontrak kerja saya, saya memilih untuk mengundurkan diri dari PT DAB dan melanjutkan studi ke jenjang S1 di salah satu PTS di Banda Naira. Pada saat kuliah saya termasuk orang yang lumayan cerdas (kata dosen dan teman-teman saya, net.) hal inilah yang membuat saya mendapat beasiswa dari yayasan penyelenggara pendidikan tinggi tersebut. Selama kuliah saya membayar SPP hanya pada semester pertama, selebihnya dibayarkan oleh yayasan. Selama kuliah saya sangat aktif di berbagai organisasi kampus maupun organisasi masyarakat, inilah yang menyebabkan berbagai tawaran pekerjaan mengehmpiri saya bahkan sampai tawaran untuk dicalonkan menjadi anggota DPRD, namun saya bukanlah orang yang tamak, pesan-pesan dari ibu selalu tertanam dalam ingatan saya. Saya hanya menerima tawaran sebagai tenaga pengajar lepas pada SMK N.1 Banda dan MTs Al-Hilaal Banda, itupun bukan berdasarakan faktor bayaran yang besar, namun karena panggilan hati untuk mengabdi untuk mencerdaskan generasi bangsa di daerah yang masih sangat kekurangan guru. Jadwal mengajarpun disesuaikan dengan jadwal kuliah saya sehingga study saya tidak terganggu.
Tepat pada tanggal 19 April 2014 saya diyudisium sebagai seorang  sarjana perikanan dengan predikat cum laude. Hari itu adalah hari yang paling bersejarah dalam hidup saya, berkat doa ibu dan perjuangannya akhirnya saya bisa menjadi seorang yang berpendidikan tinggi. Setelah berhasil menjadi seorang sarjana membuat saya semakin yakin bahwa apapun dapat kita raih selama kita mau berusaha. Pada bulan maret 2014 saya mengirimkan berkas untuk mengikuti seleksi beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI agar dapat melanjutkan study ke program pascasarjana. Awalnya saya merasa minder karena sebagian besar peserta seleksi adalah dosen perguruan tinggi yang berada di Maluku. Namun, Alhamdulillah dari sekian banyak pelamar dari provinsi Maluku hanya saya sendiri yang lolos seleksi administrasi pada saat itu. Setelah mengikuti berbagai tahapan seleksi lanjutan seperti wawancara, LGD bahkan Program Kepemimpinan akhirnya saya menjadi penerima beasiswa LPDP Kementerian Keuangan RI. Sebelum memulai program pascasarjana, kami awardee LPDP yang mendaftar melalui jalur afirmasi diwajibkan untuk mengikuti program persiapan bahasa inggris, dan saya mendapatkan lokasi study di Universitas Indonesia Salemba Jakarta Pusat. Mimpi itu kini menjadi nyata. Dulu pada saat PSG di bali, saya pernah ditanya oleh Mulaim I Km Damarina 105, “Adit, apakah kamu pernah ke Jakarta?? Belum Mas, Ah kamu kan orang Indonesia dan Jakarta Itu Ibu Kota Negara Indonesia, masa belum kesana sih.” Kini bukan hanya ke jakarta, tapi saya akan tinggal di jakarta dan belajar pada salah satu universitas terbaik di jakarta.
Bertemu Keluarga Baru……
Dua hari sebelum berangkat ke jakarta, saya sempat menghubungi Agus via email untuk mencarikan kamar kos di sekitar kampus UI Salemba. Agus adalah putra ternate yang juga punya mimpi yang sama dan beruntung seperti saya. Agus kebetulan sudah duluan berada di jakarta dan telah mendapatkan kosan di sekitar kampus. Awal mula saya bertemu agus adalah pada saat seleksi wawancara di makassar. Agus adalah satu-satunya peserta seleksi yang berasal dari maluku utara, dan segrup dengan saya pada saat LGD (seleksi diskusi kepemimpinan). Setibanya di jakarta saya langsung menuju ke alamat kosan yang telah di carikan agus. Jaraknya lumayan dekat dengan kampus, sehingga akses menuju kampus bisa dengan berjalan kaki. Ternyata agus tidak hanya mencarikan kosan untuk saya sendiri, namun juga untuk 5 teman lainnya yakni Winda (Jawa Tengah), Laili (Jawa Tengah), Imy (Lombok), Eka (Madura) dan Sudip (Papua). Mereka inilah keluarga baru saya (Awardee LPDP) yang saat ini sedang  study di UI Salemba untuk Indonesia Hebat di 2045.

“GANTUNGKANLAH MIMPIMU SETINGGI LANGIT, KALAUPUN KAMU NANTINYA TIDAK BISA SAMPAI KE LANGIT, PALING TIDAK KAMU TELAH BERADA DI ANTARA BINTANG-BINTANG (Ir. SOEKARNO)”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar