KEKUATAN MIMPI ……………
Berawal dari
mengejar mimpi itulah membuat saya akhirnya bisa sampai ke Jakarta. Tepatnya
pada hari rabu 12 November 2014, saya tiba di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta
setelah kurang lebih 3 jam perjalanan menggunakan pesawat terbang dari bandara
pattimura ambon. Walaupun sudah beberapa kali ke jakarta namun ini adalah kali
pertamanya saya akan menetap lama dan harus mencari tempat kos di sekitar
kampus Universitas Indonesia Salemba Jakarta Pusat.
Oh ya pembaca
sekalian, perkenalkan nama saya Aditya Putra Basir dan akrabnya disapa Adit,
namun panggilan ini hanya sering dipakai di lingkungan kampus tempat saya
kuliah S1 dulu dan ditempat kerja saya. Tapi di lingkungan tempat tinggal, saya
akrab disapa “Sam” yah menurut orang
tua nama saya harus diganti ketika kecil karena sering sakit-sakitan, begitulah
pemahaman orang tua di kampung saya. Saya adalah anak kedua dari pasangan Zeina
Amtju dan Basir Kamis (Alm) seorang tukang jahit yang meninggal pada saat saya
berusia 8 tahun. Saya terlahir di kepulauan nun jauh di timur Indonesia Namanya
Banda Naira, yang terletak di kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.
Kepulauan banda yang berada ditengah luasnya laut banda seakan menyembunyikan
keindahan dan kekayaannya yang menjadi rebutan penjajah di beberapa abad yang
lalu. Kejayaan itu kini tinggal kenangan. Pala yang dulu menjadi primadona kini
bukanlah sesuatu yang istimewa. Sumberdaya lautnya yang kaya belum bisa membuat
masyarakatnya menjadi sejahtera. Yang tersisa hanyalah bangunan tua,
benteng-benteng yang tegak berdiri dengan angkuhnya seakan menunggu kapan
kejayaan di tanah ini akan kembali terulang.
Dibesarkan
dari kluarga yang sederhana dengan keterbatasan ekonomi membuat saya tidak
berani untuk bermimpi yang terlalu tinggi, untuk bisa makan dan melanjutkan
sekolah saja sudah bersyukur. Ditengah hempitan ekonomi keluarga, tampil sosok
Inspirator yang seakan tidak pernah lelah memberikan semangat kepada saya dan
kedua saudara saya. Dialah “Ibu” yang walaupun hanya seorang lulusan SMP namun
bagi saya cara berfikirnya tak kalah dengan orang yang berpendidikan tinggi. Walaupun
bekerja serabutan dengan penghasilan yang paspasan ibu selalu mengutamakan
kepentingan pendidikan kami dibanding keperluan lainnya, bahkan ia rela menahan
lapar asalkan uang spp kami bisa dilunasi, bahkan ia rela tidak menikah lagi
sejak ditinggal wafat almarhum ayah. Satu pesan Ibu yang selalu ku ingat hingga
saat ini “Belajarlah setinggi-tingginya
Nak, Ibu akan bangga jika kalian bisa menjadi orang yang berpendidikan tinggi. Ibu
tidak bisa mewariskan harta buat kalian, namun ibu akan berusaha menjadikan
kalian orang yang berpendidikan. Ingatlah dengan pendidikan kalian bisa
mendapatkan pekerjaan yang layak dan
bisa memperbaiki perekonomian keluarga”.
Setelah lulus
SMP saya memutuskan untuk melanjutkan study di SMK Perikanan Banda yang
kebetulan baru dibuka di kecamatan banda pada tahun itu. Keputusaku ternyata
sangat tepat, di SMK inilah awal saya mengenal luasnya dunia dan dari sinilah
saya mulai membangun mimpi. Pada saat menempuh pendidikan di SMK semua siswa
diwajibkan mengikuti pendidikan sistem ganda (PSG) selama 6 bulan di
perusahaan-perusahaan yang telah bekerja sama dengan pihak sekolah. Pada saat
duduk di kelas II, saya ditempatkan di kapal KM Damarina 105 milik PT DAB yang
beroperasi di Bali. Ini adalah hal baru bagi saya, selama 6 bulan saya akan
berada di bali untuk belajar. Kesungguhan saya dalam PSG membuat pihak PT DAB
membiayai saya dan tiga orang teman lainnya selama tiga bulan tambahan untuk
pengambilan sertifikat pelayaran. 9 bulan belajar dan bekerja di perusahaan
membuat saya mulai berani bermimpi untuk bisa bekerja diperusahaan tersebut
setelah lulus nantinya. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMK saya
mendapatkan tawaran bekerja di PT DAB tepatnya di KM Damarina 209 untuk
beroperasi di perairan sumatera barat. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan.
Setelah enam bulan kontrak kerja saya, saya memilih untuk mengundurkan diri
dari PT DAB dan melanjutkan studi ke jenjang S1 di salah satu PTS di Banda
Naira. Pada saat kuliah saya termasuk orang yang lumayan cerdas (kata dosen dan
teman-teman saya, net.) hal inilah yang membuat saya mendapat beasiswa dari
yayasan penyelenggara pendidikan tinggi tersebut. Selama kuliah saya membayar
SPP hanya pada semester pertama, selebihnya dibayarkan oleh yayasan. Selama
kuliah saya sangat aktif di berbagai organisasi kampus maupun organisasi
masyarakat, inilah yang menyebabkan berbagai tawaran pekerjaan mengehmpiri saya
bahkan sampai tawaran untuk dicalonkan menjadi anggota DPRD, namun saya
bukanlah orang yang tamak, pesan-pesan dari ibu selalu tertanam dalam ingatan
saya. Saya hanya menerima tawaran sebagai tenaga pengajar lepas pada SMK N.1
Banda dan MTs Al-Hilaal Banda, itupun bukan berdasarakan faktor bayaran yang
besar, namun karena panggilan hati untuk mengabdi untuk mencerdaskan generasi
bangsa di daerah yang masih sangat kekurangan guru. Jadwal mengajarpun
disesuaikan dengan jadwal kuliah saya sehingga study saya tidak terganggu.
Tepat pada
tanggal 19 April 2014 saya diyudisium sebagai seorang sarjana perikanan dengan predikat cum laude.
Hari itu adalah hari yang paling bersejarah dalam hidup saya, berkat doa ibu
dan perjuangannya akhirnya saya bisa menjadi seorang yang berpendidikan tinggi.
Setelah berhasil menjadi seorang sarjana membuat saya semakin yakin bahwa
apapun dapat kita raih selama kita mau berusaha. Pada bulan maret 2014 saya
mengirimkan berkas untuk mengikuti seleksi beasiswa Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI agar dapat melanjutkan study ke
program pascasarjana. Awalnya saya merasa minder karena sebagian besar peserta
seleksi adalah dosen perguruan tinggi yang berada di Maluku. Namun,
Alhamdulillah dari sekian banyak pelamar dari provinsi Maluku hanya saya
sendiri yang lolos seleksi administrasi pada saat itu. Setelah mengikuti
berbagai tahapan seleksi lanjutan seperti wawancara, LGD bahkan Program
Kepemimpinan akhirnya saya menjadi penerima beasiswa LPDP Kementerian Keuangan
RI. Sebelum memulai program pascasarjana, kami awardee LPDP yang mendaftar
melalui jalur afirmasi diwajibkan untuk mengikuti program persiapan bahasa
inggris, dan saya mendapatkan lokasi study di Universitas Indonesia Salemba
Jakarta Pusat. Mimpi itu kini menjadi nyata. Dulu pada saat PSG di bali, saya
pernah ditanya oleh Mulaim I Km Damarina 105, “Adit, apakah kamu pernah ke Jakarta?? Belum Mas, Ah kamu kan orang
Indonesia dan Jakarta Itu Ibu Kota Negara Indonesia, masa belum kesana sih.”
Kini bukan hanya ke jakarta, tapi saya akan tinggal di jakarta dan belajar pada
salah satu universitas terbaik di jakarta.
Bertemu Keluarga Baru……
Dua hari sebelum
berangkat ke jakarta, saya sempat menghubungi Agus via email untuk mencarikan
kamar kos di sekitar kampus UI Salemba. Agus adalah putra ternate yang juga
punya mimpi yang sama dan beruntung seperti saya. Agus kebetulan sudah duluan
berada di jakarta dan telah mendapatkan kosan di sekitar kampus. Awal mula saya
bertemu agus adalah pada saat seleksi wawancara di makassar. Agus adalah
satu-satunya peserta seleksi yang berasal dari maluku utara, dan segrup dengan
saya pada saat LGD (seleksi diskusi kepemimpinan). Setibanya di jakarta saya
langsung menuju ke alamat kosan yang telah di carikan agus. Jaraknya lumayan
dekat dengan kampus, sehingga akses menuju kampus bisa dengan berjalan kaki. Ternyata
agus tidak hanya mencarikan kosan untuk saya sendiri, namun juga untuk 5 teman
lainnya yakni Winda (Jawa Tengah), Laili (Jawa Tengah), Imy (Lombok), Eka
(Madura) dan Sudip (Papua). Mereka inilah keluarga baru saya (Awardee LPDP) yang
saat ini sedang study di UI Salemba
untuk Indonesia Hebat di 2045.
“GANTUNGKANLAH
MIMPIMU SETINGGI LANGIT, KALAUPUN KAMU NANTINYA TIDAK BISA SAMPAI KE LANGIT,
PALING TIDAK KAMU TELAH BERADA DI ANTARA BINTANG-BINTANG (Ir. SOEKARNO)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar